Senin, 28 Juli 2014

Berpuasa di negeri sendiri atau di negeri orang, Berlebaran di Negeri Orang atau di Negeri Sendiri

Malam takbiran, saya tidak bisa tidur, entah mengapa mata saya tidak bisa terpejam. Alhasil mengapa tidak saya manfaatkan waktu saya untuk menulis. Kali ini kami menceritakan mimpi kami untuk dapat berpuasa di negeri orang
Teringat 7 tahun yang lalu ketika masih berada di bangku kuliah, saya mempunyai mimpi untuk bisa berpuasa di negara orang. 1 tahun yang lalu hampir saja saya bisa merasakan puasa di kota paling romantis, Paris, jikalau pemerintah memajukan bulan ramadhan sehari sebelumnya. Ketika mendengar pengumuman ramadhan saat itu dimulai keesokan harinya, sy membatalkan puasa yang sempat sy kerjakan. consequently, mimpi saya tidak terkabul dan hati saya sangat sedih.
Ternyata setahun kemudian saya berkesempatan berpuasa di negeri yang memiliki kebebasan dan toleransi yang sangat tinggi serta tingkat kesopanan yang sangat baik, Waterloo, Canada. Alhamdulillah Allah mengabulkan mimpi saya (lagi). Ternyata anugrah yg diberikan tidak hanya bisa berpuasa di negeri orang, tapi merasakan puasa di musim summer yang memiliki lama waktu berpuasa 17 jam. Dimulai dari jam 4 sampai jam 9.15. Hati mulai nge-per, apa saya kuat puasa selama itu. Makan siang saja saya tak pernah melewatkan, makan malam pun saya lakukan jam 7. Kiranya nanti saya akan seperti famine people yang akan mengelu elukan makanan.
Alhamdulillah sebelum puasa, khotib saat khutbah said that puasa itu adalah ibadah yang satu2 nya kita persembahkan kepada Allah semata, beda halnya dengan ibadah lain. Misal sholat, bisa sj kita perlihatkan sholat kita ke orang lain. Zakat pun seperti itu, semakin dilihat orang semakin GeEr lah orang yang berzakat banyak. Kalau puasa, orang tidak akan tahu kita berpuasa atau tidaj. Therefore, ibadah puasa pure untuk persembahan kepada Dzat pencipta kita semata. As a result, rasa nge per di hati hilang, melainkan timbul api di mata saya dan bergumam " Allah telah mewujudkan mimpi saya, kenapa saya tidak memberikan sesuatu untuk Dia, dan memang hanya untuk Dia"
Hari pertama,
Budaya saya, sahur pertama harus sahur yang mengundang selera. Istri masak ayam goreng legendarisnya, ditambah dengan tempe. (Jangan salah tempe disini barang mahal). Selesai sahur, sholat kemudian tidur. Hehe.
Kriiuuk, kriuuuk. Baru jam 1 siang. Seharusnya saya sudah membuka meal box, yang selalu dibawakan istri untuk makan di kampus. Maklum bawa makan sendiri jauh lebih murah dibanding beli di luar yang bisa habis 7-10 dollar. Saya harus kuat.
Kriuuuk, jam 3 siang. Suara perut bunyi lagi. Tapi kali ini, saya terselamatkan oleh pertandingan piala dunia yang diadakan pas di bulan ramadhan. Seperti biasa saya pulang jam 5, sampai di rumah jam 6. Lihat anak kecil rasanya capek laper dan haus jadi hilang.
Hari pertama terselamatkan!! For ending the fasting, 3 biji kurma dan tempe menghiasi meja makan kami. Alhamdulillah nikmat.
Ternyata godaan bulan puasa disini tidak hanya di siang hari, waktu sholat isya jatuh pada pukul 23:00. Saya harus menunggu isya, atau saya tidur dl, nanti bangun sholat isya sekaligus teraweh. Saya mengambil strategi tidur dl, dengan harapan saya mempunyai tidur yang cukup untuk aktivitas besok.
Minggu pertama bulan ramadhan terlewati dengat cepat. Ternyata saya sudah mulai beradaptasi dengan lama waktu puasa disini. Tidak begitu berat memang bila sudah diniati untuk puasa.
Minggu kedua, minggu dimana piala dunia sudah akan berakhir, strategy wasting time melalui nonton bola akan menemui ending nya. Akan tetapi saya masih mempunyai seabrek assignments yang harus saya kerjakan. Jadi tidak terlalu berat puasa di minggu ke 2.
Minggu ke-3, minggu dimana mulai berpikir, kapan berakhirnya puasa. Godaan godaan semakin besar. Apalagi di bumi maple tree, dengan wajah Malayan, pasti tidak ada yang tahu kalau saya muslim yang harus menjalankan ibadah puasa. Hehe. Jangankan wajah seperti saya, wajah hidung manjung, rambut kriting, putih (wajah arab), disini dengan enaknya makan di kantin. Pertama melihat sekelompok mereka makan saat itu terasa aneh sekali, hal yang tidak pernah saya lihat di kampung saya. Bayangkan kalian ke pasar Ampel, melihat orang2 disana makan siang hari di bulan ramadhan. Aneh khan. Hehe. Itu yang menjadi penyemangat sy. Suatu hari teman saya dari Iran mengajak makan Ice krim,
Teman: Rifki, dont you hear there is a free ice cream today.
Ane: thanks for invitation, but I dont eat today.
Teman: why, everybody loves ice cream, and it is free, though.
Ane: no, i am fasting today. Nyoh emplok en itu. But thanks, have fun.
Teman: bdiabsoxhsoan-#8$-$+@9@+"
Haha.
Ternyata godaan enggak cuman sampai disitu. Semua tahu bahwa, puasa menjaga nafsu, dan mencegah berbuat dosa. Godaan selanjutnya datang dari kutang kutang berkeliaran di jalan. Gak dilihat mubadzir, dilihat ngurangi pahala puasa. Cuman saya mbatin aja. Kok gak malu ya, sekolah cuma pakai BH dan hot pants aja. Ya sudah dilihat dengan batasan gak berkedip, rejeki.
Minggu ke 4,
Layaknya petarung yang sudah dilatih 3 minggu lamanya, godaan seperti makanan, minuman, kutang dan hot pants cuma seperti latihan ringan. Godaan2 tersebut tidak menjatuhkan mental sy untuk beribadah kepada Allah. Tidak menyangka, selama saya berpuasa disini, alhamdulillah menurut saya lebih banyak ibadahnya dibanding berpuasa di negeri sendiri. Sholat teraweh tidak pernah terlewatkan meskipun sy tidak pernah sholat di masjid karena kalau sholat di masjid bisa bisa sampai rumah jam 1 malam. Berkah menjalankan ibadah bulan ramadhan di negeri orang.
Akhirnya saat ini akhir dari bulan ramadhan. Pengumuman dari masjid waterloo sdh keluar. July 28 2014 ditetapkan sebagai jatuhnya 1 syawal. Senang, sedih bercampur jadi satu. Perbedaannya disini saya bisa merasakan sedih meninggalkan ramadhan. Whereas, di Indonesia saya tidak pernah merasakan kesedihan ini. Wajar saja disana malam ini biasanya dirayakan besar2an. Fire works, takbir keliling, masak2 menjadi tradisi suka cita. Di waterloo, tepatnya dirumah sy. Yang takbir hanya berdua, sambil mengajarkan anak takbir, masak opor lupa dimatikan kompornya jadi air opornya habis. Ya kesedihan menjadi satu. Saya tidak tahu what makes me sad exactly, tapi saya yakin, tidak bisa beribadah yang cobaannya besar akan saya rindukan.
Malam takbiran disini, di hiasi dengan hujan, hampir sama dengan di bontang. Saya perhatikan sebelum hari besar ied pasti hujan dahulu. Bila disini malam takbiran, berarti di indonesia sudah berlebaran ria. Saatnya saya menghubungi orang tua dan keluarga saya di surabaya. Karena orang tua saya bukan pengguna smart phone dengan smart, as a result kamu tidak bisa memanfaatkan video call atau telp melalui jaringan internet. Calling card sudah saya sediakan untuk menelp mereka. Deg deg an rasanya menelp mereka, karena mengaharapkan mereka dapat memaafkan saya atas perbuatan dab situasi yang tidak bisa berkumpul dengan mereka di hari besar ini. 30 menit lamanta menghubungi mereka tidak ada yang tersambung. Sms pun tidak di baca. I am so sad. Wajar saja, sudah 3 kali lebaran saya tidak bisa pulang ke surabaya. Saya hanya ingin mengucapkan "Bu, Pak, saya minta maaf atas kelakuan saya selama ini, saya merasa belum mendoakan Ibu dan Bapak setiap waktu. Maaf kan saya selama ini membuat Ibu dan Bapak kesal sama saya." Dan saya hanya ingin mendengar " iya nak saya maafkan" cukup. Telp bisa ditutup. Namun sudah 1 jam ini berusaha menghubungi, tidak ada yang mengangkat telp saya. Pasrah.
In summary, Godaan, tidak dapat menggoyahkan saya untuk ingin berpuasa di negeri orang guna merasakan berpuasa di budaya yang berbeda. Kutang, hotpants, lamanya berpuasa hanya godaan ringan. Namun, tidak bisa berkomunikasi, berkumpul dan meminta maaf kepada orang tua dan keluarga dekat menjadi sebuah alasan, saya berterima kasih kepada Allah selalu memberikan saya waktu untuk bersama dengan keluarga in the past. Terima kasih atas jawaban atas mimpi ku yang satu ini. 

Rifki
Kitchener, july 27 2014