Rabu, 05 Agustus 2015

Mengatasi Trauma Anak/ toddler

 Anjing Kamu!! Ya, binatang itu terkenal seantero Indonesia karena akan disebut bila ingin membully atau ngajak orang berantem. Tapi disini?? Hewan ini menjadi one of people's favorite pets. Emang lucu sih, tapi ya gak sebegitunya kali, masak kalau pup di jalan eh kotorannya diambil, dan harus diajak keluar minimal sekali sehari. Hehe. Ngalah ngalahin bayi kita aja. Well, tapi memang disini memang banyak yang memelihara anjing sebagai penghibur dirinya karena ketaatan anjing terhadap majikannya. Dan emang lucu sih. Namun, bagi kami, muslim kebanyakan, Anjing BiG NO, kalau tidak mw repot bersihin najisnya. Alhasil, kami jarang berinteraksi dengan anjing dan rasa takut muncul. Saya besar di jayapura, dimana mayoritas keluarga punya anjing, jadi biasa aja. Dulu, main aja godain induk anjing yg habis melahirkan supaya larinya saya bisa kencang. However, my soulmate takutnya luar biasa. Buah jatuh tak jauh dari pohonnya, my buddy ikut ikutan bundanya. Ckckck. Tapi ketakutan terhadap anjing ada ceritanya. Awalnya doi (mirza), blm takut dengan yg namanya anjing, walaupun bundanya dari awal sudah takut. Suatu ketika kami jalan jalan disekitaran lingkungan kami. Tiba tiba ada anjing hitam kecil yang talinya terlepas, mengejar doi. Anehnya dia ngejar ke doi dan bundanya sj, tidak mengejar saya. Saya usir anjingnya, eh si doi sdh di gendong bundanya udah lari ke rumah. Sejak saat itu si doi jadi Trauma dengan namanya ANJING.


So, note kali ini, saya akan berbagi pengalaman saya, bagaimana mengatasi anak yg trauma. Insya Allah, akan bisa mengena ke Trauma atau fobia terhadap apa saja. Karena ternyata, si doi setelah itu tidak hanya takut dengan Anjing, tapi kucing, bahkan squirell. Kenapa? Karena kucing dan squirell jg larinya kencang, ber ekor, berkaki empat, berbulu, dan mungkin di imajinasi my buddy mereka sanak saudara karena agak2 mirip kali ya. Fobia si doi parah sekali semenjak itu. Lihat anjing dari jauh sudah minta digendong. Mana disini tiap 3 menit sekali ketemu anjing. Karena itu pula, di pikirannya, kalau keluar pasti ketemu anjing, dan otomatis dipikirannya dia tidak mau ketemu anjing. Lucunya dia cari cari alasan supaya tidak keluar rumah. Diluar tidak hujan dia bilang it's gonna rain ayah, padahal mendung aja tidak. Sepatunya disembunyikan, pura pura lupa taruh dimana.  Diajak ke play ground yg dulu nya merengek minta kesana aja, sudah gak mau lagi dia. Alasannya play ground is closed ayah, tutup. Stress saya.So, sebagai mekanik yang handal, saya mencoba segala cara menghilangkan fobia itu.


Cara pertama, cara lelaki!! saya gendong keluar, saya cari anjing, kemudian saya turunkan dari gendongan dan saya tinggal dia. Cara ini benar benar efektif, efektif untuk menambah ketakutannya menjadi jadi. Dua kali saya melakukan itu hingga saya tahu, Never Ever do this to your child. Percobaan pertama, ketika saya tinggal, dia lari mengejar saya, dia tidak menangis. Saya kira berhasil. Percobaan ke dua, saya tinggal dia dimana dia berada lebih dekat dengan anjing, dan yang terjadi adalah si doi nangis nya gak ketulungan. Gak wajar. Nangisnya sampai rumah, dibujuk mainan gak mau. Besoknya diajak keluar rumah tidak mau lagi. GAWAT.


Cara Kedua, membandingkan si doi dengan teman sejawatnya dan mendorong dorong dia agar berani. " Itu lho john plays with his dog, masak mirza takut, sana lho play with him za", sambil dorong2 pantat nya. Cara ini ternyata benar benar tidak berhasil. Baca lagi ya, TIDAK BERHASIL. Tidak ada kemajuan. Kayanya kaya bapaknya dulu sih kalau dinasehatin, masuk telinga kiri, keluar lagi dari telinga kiri. Gak mempan.


Otak bekerja keras, mana sekarang tambah menjadi jadi, dengar suara doggy barking aja sudah langsung nangis. Cara cepat tidak berhasil, mungkin anak sy bukan tipe seperti itu, atau bahkan semua anak tidak bisa dibegitukan. Ceroboh! Oke, selanjutnya mencari akal lain yang pelan pelan tapi ada progress. Si doi, tidak takut gelap, kenapa? Karena dari kecil kami biasakan tidur gelap dan walaupun gelap, dia merasa safe karena ada orang2 yg dikelaninya diruangan gelap itu, atau dia sendiri di ruangan yg sudah dikenalinya. Ada 2 kata, terbiasa dan Safe. Jadi si doi harus dibiasakan bertemu anjing, tapi harus berasa safe dia.


So, supaya mengenalkan anjing itu baik dan lucu, jadilah saya buat dongeng tentang anjing yang menggambarkan anjing itu lucu, baik, dan suka main dengan anak kecil. Tiap malam sy dongeng itu. Saya menirukan anjing barking, sampai mendeskripsikan anjing yang benar benar anjing, lama kelamaan my buddy mulai terbiasa dengan anjing. Kemudian cari video video anjing, kucing dan binatang lain main sm anak kecil, saya lihatin tiap hari. Si doi senang sekali. Di tahap ini, si doi sdh mau keluar lagi, meski masih pakai gendong. Tapi tidak apa apa, target untuk dia terbiasa dengan segala sesuatu tentang anjing, kucing dan lain2 sudah accomplished.


Target ke dua, dia harus merasa safe. Untuk itu, tiap keluar dan tiap hari, saya selalu menjelaskan to my buddy, "Mirza, if you hold my hand, you will be safe" tidak apa apa. Namanya anaka kecil, pasti dia menirukan kata kata kita, 'hold my hand" "safe"?? Saya ulangi lagi, iyaa, " if you hold my hand like this, you will be safe" pasti dia jawab, hold like this?? Safe?? Diulangi berkali kali sampai saya saja bosan. Tapi demi pencapaian terget. "Iya safe sayang, you will be OK". Kemudian saya jelaskan kepada dia, mirza, do you see that dog? (Waktu itu masih digendong), si doi jawab, " dog itu"??, "itu dog"??. Iya di lehernya ada apa ya? "di leher ad rope"?? Saya jelaskan, iya rope itu gunanya supaya dog nya tidak lari. Wanita itu yang pegang ropenya. Jadi kalau ada dog, ada ropenya dan dipegang sama tante, it's safe. Tidak apa2. Dia jawab, rope?? Tante?? Safe?? Kemudian, cara yang paling ampuh adalah beri dia contoh. Sebagai orang tua yang dipikirannya adalah makhluk yang sama dengan si doi, yang si doi anggap safe, harus berani dengan dog. Kita beri contoh, tidak perlu pegang, minimal sapa dog orang, dan jalan disebelahnya tanpa rasa takut.


So pada tahap ini di pikiran dia mungkin.
1. Holding ayah's or bunda's hand, I will be safe.
2. Dog, ada rope, ada tante, I will be safe.
3. Ayah sebagai panutan saya, tidak apa apa dengan dog.


Menakjubkan, selang 2 minggu kurang lebih, dia sudah berani jalan jalan lagi padahal dia melihat anjing dimana mana. Sudah tidak gendong, tapi pegang tangan saya. Alhamdulillah lumayan, namun sekarang, bila jalan jalan di play ground dan melihat dog sudah biasa kadang pegang tangan, kadang tidak. Memang belum sampai pada tahap dia main dengan dog, namun kemajuan pesat ini sudah termasuk target kami. In the future, saya akan jelaskan bahwa dog itu, barking dan mengejar kita untuk bermain, namun bermainnya dog berbeda dengan mirza yang suka paly swing or slide. Mereka suka menggigit gigit kecil dan menyuruh kita melempar sesuatu melalui barking. Kita lihat setelah di jelaskan ini si doi mau main dengan anjing tidak.

Ini pengalaman saya. parenting ternyata adalah seni, tidak bisa asal mengajarkan semau kita. Tidak semua anak sama perkembangannya. To sum up, untuk membebaskan anak dari trauma menurut pengalaman kami, jelaskan perlahan lahan, masukkan selalu pikiran positif ke anak itu dan parents harus menjadi orang pertama yang memberikan contoh kecemasan anak terhadap sesuatu yang ditakutinya. Sekian dari kami, ini based on true story, so, sy harap bisa berguna buat parents yang lain.

Rabu, 08 Juli 2015

Rumah Jogja Dikontrakkan

Di kontrakkan rumah dan seisinya di Jogja daerah candi gebang / condong catur

3 kamar tidur + 1 kamar Asisen Rumah tangga

2 Kamar mandi

Dapur dan Kitchen set available

Garasi (1 mobil 3 motor)

Listrik 1300 Watt.

Available awal agustus.
Contract mulai September.

Full Isi (penyewa tinggal menempati)
- 3 Bed and mattresses 3 queen size
-1 kasur kecil ART
- 3 Lemari Baju besar
-TV
- Dispenser + galon
-Kulkas
-Mesin Cuci
-Lokasi dekat dengan pusat perbelanjaan dan kampus

Pembayaran Bulanan, butuh uang awal dan akhir bulan (contract 1 tahun).

Berminat hubungi via email only.
febrifki@gmail.com